MUBA,JR.ID – Ketua Ormas Forum Masyarakat Musi Bersatu (FM2B) Kurnaidi ST meminta semua stakeholder lebih jeli dan arif menyikapi kasus ilegal drilling di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Mulai dari dampak lingkungan, dampak sosial, persoalan hukum, korban yang silih berganti, hingga mafia minyak yang seolah-olah semakin mendapat ruang memanfaatkan situasi.
“Disisi lain pemerintah tengah berupaya untuk meminta pemerintah pusat untuk merubah permen ESDM sehingga masyarakat pengelola minyak tradisional bisa mendapatkan payung hukum dan tidak disebut lagi sebagai usaha ilegal,” kata Kurnaidi kepada sejumlah wartawan, Selasa, (21/2/2023).
Akan tetapi lanjut dia, ditengah perjalanan, banyak kejadian yang terkesan janggal. Seperti kejadian, kebakaran yang merenggut korban jiwa dikeban satu belum lama ini. Yang dikorbankan untuk bertanggungjawab hanya segelintir orang seperti halnya Supratman salah satu pemilik bor yang saat ini sudah ditetapkan sebagai tersangka.
“Lah pemilik lahan kenapa tidak tersentuh ada apa? Apakah karena dia punya uang atau punya bekingan kuat?, ini terkesan tebang pilih dan jauh dari azaz keadilan,” ujarnya.
Selain itu, kata dia, saat ini dapat dilihat bersama ada tiga sumur bor yang terbakar, sementara hanya satu Supratman yang dikorbankan. Sedangkan berdasarkan hasil investigasi anggota FM2B pemilik dua Sumur Minyak lainnya yang malahan terkesan bebas dari tanggung jawab.
“Keterangan warga kepada anggota kita dilapangan menyebutkan justru pemain minyak ilegal yang sebenarnya malah tak tersentuh. Dia punya modal dimana-mana dia ngebor, dia juga punya alat mulai dari righ (alat untuk mengebor minyak -red) hingga armada angkutan,” imbuhnya.
Selain kepada aparat penegak hukum, Kurnaidi juga meminta ketegasan dari Pemkab Muba menyikapi masalah ilegal drilling ini. Karena, selain dampak kerusakan lingkungan yang terjadi akibat aktivitas pengeboran juga sudah terlalu banyak warga yang harus meregang nyawa dilokasi ilegal drilling.
“Kami punya data, sudah puluhan warga yang terpanggang dan meregang nyawa akibat ilegal drilling ini. Belum lagi yang cacat, memang mereka mendapatkan kompensasi dari bosnya, tapi apakah kita rela nyawa anak, bapak saudara kita ditukar dengan uang? jadi tolong lah pakai hati nurani,” tukasnya.
Kurnaidi menghimbau agar apa yang disampaikannya tidak dipandang sebagai upaya untuk memperkeruh gonjang-ganjing terkait ilegal drilling. Karena tidak bisa dinafikan bahwa adanya ilegal drilling maupun ilegal rafinery di Muba juga memberikan dampak yang signifikan terhadap perekonomian masyarakat. Namun sangat disayangkan karena dampak tersebut lebih menguntungkan pengusaha besar yang notabene punya modal besar.
“Saya sebagai putra asli Muba tentunya sangat menyayangkan hal ini. Karena dalam perjalanannya pemodal bisa untung besar sementara ketika terjadi insiden yang dikorbankan selalu rakyat kecil. Setahu saya belum pernah pemodal besar yang harus mendekam dalam penjara karena kasus ilegal drilling, ada apa ini.” pungkasnya.(*)