SUMSEL,JR.ID – Calon tersangka dugaan korupsi penyalahgunaan kewenangan kerjasama angkutan Batubara PT SMS BUM Sumsel semakin terlihat dalam pemeriksaan saksi di Polresta Palembang. Saksi yang di periksa merupakan orang – orang yang terkait dengan keuangan PT SMS, rekanan dan Head Teller Bank Mandiri.
“Direksi, komisaris dan bagian keuangan PT SMS adalah saksi kunci perkulakan duit hasil bisnis angkutan batubara PT SMS”, papar Bony Balitong Koordinator K MAKI.
“Nopember 2019 sampai dengan sekarang, keuntungan bisnis angkutan Batubara PT SMS belum ada yang masuk ke rekening Bapenda Sumsel yang di Komandoi Ibu Neng Muhaibah”, jelas Bony Balitong.
“Sementara duit penyertaan modal RP. 16 milyar dan duit Sarimuda mantan Dirut PT SMS sebesar Rp. 16 milyar sudah menjadi modal usaha PT SMS”, ulas Bony Balitong.
“Lantas kemana duit untung angkutan batubara PT SMS selama 2 tahun ini, ngalir kemana duit itu”, tanya Bony Balitong.
“Hitung – hitung cara kampung aja lah berapa volume angkutan batubara di kalikan fee per tonase angkutan via PT SMS”, kata Bony Balitong.
“Seandainya volume angkutan per 2 tahun ini sebanyak 2 juta ton dan fee angkutan dan fee lainnya Rp. 125.000 per ton maka ada duit nganggur Rp. 250 milyar di potong operasional 2 tahun Rp. 50 milyar maka ada duit untung Rp. 200 milyar, kira – kira saja”, ungkap Bony Balitong.
“Uang ini didapat dari setoran pemakai jasa angkutan PT SMS seperti PT BME, PT MRI dan lain – lainnya yang tentunya tercatat jelas volumenya di PT KAI berupa invoice tagihan angkutan via rel kereta api”, ujar Bony Balitong.
“Sekarang duit itu kemana alirannya tentunya Bank relasi PT SMS dan PPATK yang lebih tahu kemana duit itu mengalir”, papar Bony Balitong.
“Mungkin saja dibuatkan cek tunai oleh bagian keuangan PT SMS dan selanjutnya di tunaikan ke rekening penerima sehingga tidak terdeteksi aliran dana tersebut”, kata Bony Balitong.
“Kalau pola ini yang di pakai tentunya sangat mudah terdeteksi dengan meminta keterangan penerbit cek tunai kemana cek itu di berikan”, ujar Bony dengan tertawa lebar.
“Atau alternatif kedua yang di pakai dengan merubah volume angkutan batubara rekanan menjadi lebih kecil dari yang sebenarnya”, kembali Bony tersenyum.
“Selisih volume di cairkan melalui rekanan sehingga keuangan PT SMS bersih dari aliran dana ke fihak yang tidak berhak”, ujar Bony Balitong.
“Tapi jelas sekali ada perbedaan volume angkutan melalui PT KAI dan yang tercatat di PT SMS dan itu sangat mudah terdeteksi”, kata Bony Balitong.
“Tapi semua ini berawal dari Perda PT SMS yang belum di rubah dari Perda pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus ke Perda angkutan serta pendirian anak usaha PT SMS untuk mengelola pembangunan Pelabuhan Tj Carat dan di modali dengan duit PT SMS Rp. 700 juta yang berdampak menjadi carut marut sekarang ini”, pungkas Bony Balitong.