LAMPUNG,JEMBATANRAKYAT.ID – Komoditas Kelapa yang melimpah di Kecamatan Lalan membuat Pemerintah Kabupaten Muba dibawah kepemimpinan Pj Bupati Drs Apriyadi MSi memutar otak untuk mengembangkan produk hilirisasi dari Kelapa.
Alhasil, limbah sabut Kelapa yang selama ini tidak termanfaatkan bakal diolah Pemkab Muba bersama PT. Mahligai Indococo Fiber (MIF) di Lampung Selatan menjadi produk-produk turunan yang sangat mempunyai nilai jual.
Hal ini terjawab saat Pj Bupati Muba Drs Apriyadi MSi melaksanakan
Kunjungan Lapangan (Field Visit) Pj. Bupati Musi Banyuasinke PT. Mahligai Indococo Fiber (MIF) di Lampung Selatan, Sabtu (27/8/2022).
“Lokasi dan bangunan sudah siap di Kecamatan Lalan, tinggal lagi kita menyiapkan sarana prasarana dengan menggandeng PT MIF, dan ekspor dari pengolahan sabut Kelapa asal Muba ini akan terus meningkat,” ucap Pj Bupati Drs Apriyadi MSi.
Mantan Kepala Bappeda Muba ini menyebutkan, Kecamatan Lalan memiliki 2-3 ribu hektar kebun Kelapa milik masyarakat. “Selama ini sabut kelapa ini hanya jadi limbah saja dan belum bisa dimanfaatkan, rupanya ini punya potensi besar, nah inilah yang akan kita manfaatkan menjadi produk turunan yang bermanfaat dan mempunyai nilai ekonomis,” terangnya.
Apriyadi menjelaskan, di Kecamatan Lalan juga telah memiliki KUD Kelapa yang bernama Unicon Muba Indonesia. “Kita targetkan KUD ini bisa mandiri dan berkembang dan akan Pemkab Muba fasilitasi untuk pengembangan hilirisasi kelapa di Kecamatan Lalan,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Muba, Azizah SSos MT menjelaskan, bangunan Sentral Kelapa di Muba sudah dibangun sejak 2018 dengan luas lahan dua hektar dan selama ini dimanfaatkan untuk pengolahan kopra dan briket.
“Selama ini pengolahannya turun. Nah, dengan bekerjasama dengan PT MIF ini kita harapkan pengolahan produk turunan atau hilirisasi dari Kelapa bulat seperti jok mobil hingga kasur spring bed dapat dilaksanakan di Kabupaten Muba nantinya,” ujar Azizah.
Azizah merinci, selama ini sabut Kelapa di Muba masih menjadi limbah yang tidak termanfaatkan. Padahal, perhari limbah sabut Kelapa di Lalan Muba mencapai 30 ton. “Ini peluang bagi Muba, sabut Kelapa akan memiliki nilai ekonomi dan mensejaterahkan petani Kelapa di Muba,” ulasnya.
Ia menambahkan, kebun Kelapa di Muba memiliki luas area mencapai 2.200 hektar dengan hasil produksi mencapai 1 juta. “Kita targetkan pada 2023 pabrik pengolahan sabut kelapa di Lalan sudah operasional, terlebih saat ini bangunan pabrik sudah siap dan tinggal menyiapkan sarana prasarana saja,” terangnya.
Lanjut Azizah, Muba akan menjadi daerah pertama di Sumsel yang bakal memiliki pabrik pengolahan sabut Kelapa bulat. “Tentu ini tidak terlepas dari komitmen pak Bupati Apriyadi untuk meningkatkan hilirisasi produk turunan Kelapa di Muba dan tentunya membuka lapangan kerja baru untuk masyarakat Muba,” tegasnya.
Sementara itu, Direktur PT. Mahligai Indococo Fiber (MIF) Lampung, Efli Ramli mengatakan pengolahan sabut kelapa orientasi eksporsebagai lokomotif hilirisasi kelapa secara terpadu di Kabupaten Muba dapat menjadi peluang ekspor di tengah kondisi saat ini.
“Jika pengolahannya dapat dilakukan dengan baik dan benar maka, produk nya akan di cari oleh pasar. Seperti yang diketahui, permintaan export-coco fiber ada di China dan negara Eropa east. Permintaan export-coco peat ada di negara China, Jepang, Korea, Italy, Jerman, Belgia, Kanada, Israel, Negara Middel East. Selain itu, kegiatan inovasi pengolahan sabut kelapa ini dapat bersinergi untuk meningkatkan lapangan kerja di Muba,”beber Efli yang juga Ketua Umum Asosiasi Industri Kelapa Indonesia.
Efli mengaku, optimis dengan keberadaan pabrik pengolahan sabut Kelapa di Muba tentu selain mengembangkan produk hilirisasi Kelapa juga telah membuka lapangan pekerjaan yang baru.
“Saya optimis pengolahan sabut kelapa di Muba akan menghasilkan produk-produk yang berkualitas dan luar biasa serta meningkatkan perekonomian masyarakat dan daerah,” ungkapnya.
Lanjutnya, Mahligai Indococo Fiber (MIF) sudah berdiri sejak tahun 2007Memilki 16 cluster produksi di empat provinsi yakni Aceh, Sumatera barat, Lampung dan Pangandaran.Kebutuhan sabut kelapa sebanyak 6 juta butir per bulan. Memiliki petani binaan sebanyak 250 orang. Memiliki tenaga kerja sebanyak 930 orangEksport Fiber rata-rata 30 container per bulanExport cocopeat sekitar 35 container per bulan.
“Saya harapkan di Muba juga mampu menggerakkan tranformasi ekonomi melalui pengolahan sabut kelapa, kami akan lakukan bimbingan dan memberikan pengalaman terbaik untuk di Muba,” tandasnya.
Penanggung Jawab Koperasi Unicon Muba Indonesia Nanang Taat menyampaikan, pendirian koperasi Unicon Muba merupakan pengembangan usaha dari para petani kelapa yang pada awalnya sebatas usaha perdagangan kelapa. Setelah terbentuknya koperasi ini, muncul lah inovasi untuk mengelola sabut kelapa menjadi produk cocofiber dan cocopeat yang mempunyai nilai jual untuk pasar ekspor, apalagi produk tersebut telah ada jaminan penampungan/ pasar dari Offtaker.
“Mengapa harus mengelola sabut kelapa karena, bahan baku nya berlimpah di Muba, kepastian jaminan pasar, padat karya, limbah yang belum di manfaatkan serta teknologi sederhana. Adapun beberapa produk akhir cocofiber yaitu, jok mobil, sofa, keset kaki, spring bed, vas bunga dan matras. Sementara, cocopeat digunakan untuk media tanam,” ulasnya.
Pada rangkaian kunjungan tersebut, Pj Bupati Drs Apriyadi MSi juga melepas secara simbolis ekspor Kelapa bulat ke Shanghai.
Dalam kesempatan tersebut Pj Bupati Apriyadi turut didampingi Plt Kepala Dinas Perkebunan Muba Ahmad Toyibir SSTP MM, Kepala Dinas Koperasi UKM Drs Zulfakar MSi, Kasat Pol PP Muba Erdian Syahri SSos MSi, Kadin Kominfo Muba Herryandi Sinulingga AP, Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Muba Riki Junaidi AP MSi, Plt Kabag Protokol Muba Rangga Perdana Putera SSTP. (*)